Monday 6 January 2014

Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Fisika


      Terdapat beberapa konsep fisika yang sulit untuk dijelaskan kepada siswa sehingga apabila tidak memahami konsep dengan benar dapat menimbulkan miskonsepsi dalam pembelajaran fisika. Miskonsepsi didefinisikan sebagai konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konsepsi para ilmuwan, hanya dapat diterima pada kasus-kasus tertentu dan tidak berlaku untuk kasus-kasus lainnya serta tidak dapat digeneralisasi. Berikut tiga contoh materi yang sulit dijelaskan sehingga berpotensi menimbulkan miskonsepsi.
a.       Dalam bidang optika
Materi tentang refleksi cahaya dan pembentukan bayangan membutuhkan pemahaman yang lebih dalam lagi. Karena banyak siswa yang berpikir bahwa kesamaan antara sudut dan sudut refleksi hanya terjadi pada suatu kaca datar. Miskonsepsi yang sering dijumpai adalah bahwa kita melihat sebuah benda bila kita memancarkan sinar cahaya dari mata ke benda itu. Miskonsepsi yang lain bahwa kita dapat melihat bayangan sekujur tubuh kita dalam cermin yang kecil asalkan kita berdiri cukup jauh dari cermin itu. Tentu saja semuanya tidak benar, karena ada ukuran minimum agar badan kita tampak seluruhnya dalam cermin. Selain itu, materi sinar-sinar istimewa juga sulit untuk dijelaskan karena membutuhkan imajinasi yang tinggi untuk membayangkan sinar-sinar istimewa tersebut.
b.      Fisika atom dan fisika inti
Sulit dijelaskan karena atom merupakan benda yang sangat kecil sehingga dapat membuat siswa sulit membayangkannya.
c.       Teori relativitas
Sulit dijelaskan karena teori ini merupakan materi yang baru diterima oleh siswa. Sehingga diperlukan penanaman konsep yang dalam pada siswa.

      d.   Gaya, massa, dan berat
Banyak siswa bingung dengan konsep dari gaya, massa dan berat. Dalam fisika, berat (G) adalah suatu gaya (F) dan punya unit newton; sedangkan massa (m) punya satuan kilogram, dan ini bukan gaya. Namun, banyak siswa menuliskan bahwa berat adalah suatu massa dan punya satuan kilogram. Beberapa siswa menghubungkan gaya dengan suatu aksi dan gerak. Maka mereka menangkap bahwa jika tidak ada suatu gaya, tidak akan ada suatu gerakan. Akibatnya, mereka berpikir bahwa bila tidak ada gerak sama sekali, juga tidak ada gaya.
Misalnya, jika seorang mendorong suatu kereta dan kereta itu bergerak, siswa mengatakan ada suatu gaya bekerja pada kereta itu. Namun, bila kereta itu tidak bergerak, mereka mengatakan bahwa tidak ada gaya pada kereta tersebut, meski orang itu mendorong kereta dengan energi yang besar. Dalam fisika, meski kereta tidak bergerak, tetap ada gaya yang bekerja padanya.

e.      Kerja, kekekalan energi dan momentum 
     Dalam fisika, kerja (W) sama dengan gaya (F) kali jarak (S) (W = F.S). Jika suatu gaya (F) bekerja pada suatu objek dan objek itu tidak bergerak dalam suatu jarak tertentu (S), maka tidak ada kerja (W). Di sini beberapa siswa berpikir bahwa di situ ada kerja (W). Mereka sulit mengerti mengapa jika seseorang mendorong suatu kereta dengan banyak energi, ia tidak membuat kerja. Mereka berpikir bahwa jika seseorang membuat aktivitas dengan suatu energi ia membuat suatu kerja, gagasan ini bertentangan dengan prinsip fisika yang diterima. Beberapa siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep kekekalan energi. Mereka mengalami dalam hidup mereka bahwa jika mereka mengendarai mobil atau sepeda motor cukup lama, bensinnya akan habis. Jika mereka bekerja giat, mereka akan lelah kehabisan tenaga. “Bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa energinya tetap/kekal?" demikian mereka menyangsikan. Beberapa siswa mengatakan bahwa jika dua kereta dengan kecepatan yang sama tetapi arahnya berlawanan bertumbukan, mereka akan berhenti karena kecepatan totalnya menjadi nol. Mereka lupa bahwa kekekalan momentum membutuhkan resultan momentum (S mv) = 0. Maka jika massanya berbeda, mereka tidak akan berhenti langsung

No comments:

Post a Comment