Terdapat
beberapa konsep fisika yang sulit untuk dijelaskan kepada siswa sehingga
apabila tidak memahami konsep dengan benar dapat menimbulkan miskonsepsi dalam
pembelajaran fisika. Miskonsepsi didefinisikan sebagai konsepsi siswa yang
tidak cocok dengan konsepsi para ilmuwan, hanya dapat diterima pada kasus-kasus
tertentu dan tidak berlaku untuk kasus-kasus lainnya serta tidak dapat
digeneralisasi. Berikut tiga contoh materi yang sulit dijelaskan sehingga
berpotensi menimbulkan miskonsepsi.
a. Dalam
bidang optika
Materi tentang refleksi cahaya dan
pembentukan bayangan membutuhkan pemahaman yang lebih dalam lagi. Karena banyak
siswa yang berpikir bahwa kesamaan antara sudut dan sudut refleksi hanya
terjadi pada suatu kaca datar.
Miskonsepsi yang sering dijumpai adalah bahwa kita melihat sebuah benda bila
kita memancarkan sinar cahaya dari mata ke benda itu. Miskonsepsi yang lain
bahwa kita dapat melihat bayangan sekujur tubuh kita dalam cermin yang kecil
asalkan kita berdiri cukup jauh dari cermin itu. Tentu saja semuanya tidak
benar, karena ada ukuran minimum agar badan kita tampak seluruhnya dalam
cermin. Selain itu, materi sinar-sinar istimewa juga sulit untuk dijelaskan
karena membutuhkan imajinasi yang tinggi untuk membayangkan sinar-sinar
istimewa tersebut.
b. Fisika atom dan fisika inti
Sulit
dijelaskan karena atom merupakan benda yang sangat kecil sehingga dapat membuat
siswa sulit membayangkannya.
c. Teori relativitas
Sulit
dijelaskan karena teori ini merupakan materi yang baru diterima oleh siswa.
Sehingga diperlukan penanaman konsep yang dalam pada siswa.
d.
Gaya, massa, dan berat
Banyak siswa bingung dengan konsep
dari gaya, massa dan berat. Dalam fisika, berat (G) adalah suatu gaya (F) dan
punya unit newton; sedangkan massa (m) punya satuan kilogram, dan ini bukan
gaya. Namun, banyak siswa menuliskan bahwa berat adalah suatu massa dan punya
satuan kilogram. Beberapa siswa menghubungkan gaya dengan suatu aksi dan gerak.
Maka mereka menangkap bahwa jika tidak ada suatu gaya, tidak akan ada suatu
gerakan. Akibatnya, mereka berpikir bahwa bila tidak ada gerak sama sekali,
juga tidak ada gaya.
Misalnya,
jika seorang mendorong suatu kereta dan kereta itu bergerak, siswa mengatakan
ada suatu gaya bekerja pada kereta itu. Namun, bila kereta itu tidak bergerak,
mereka mengatakan bahwa tidak ada gaya pada kereta tersebut, meski orang itu
mendorong kereta dengan energi yang besar. Dalam fisika, meski kereta tidak
bergerak, tetap ada gaya yang bekerja padanya.
e. Kerja, kekekalan energi dan momentum
Dalam fisika, kerja (W) sama dengan gaya (F)
kali jarak (S) (W = F.S). Jika suatu gaya (F) bekerja pada suatu objek dan
objek itu tidak bergerak dalam suatu jarak tertentu (S), maka tidak ada kerja
(W). Di sini beberapa siswa berpikir bahwa di situ ada kerja (W). Mereka sulit
mengerti mengapa jika seseorang mendorong suatu kereta dengan banyak energi, ia
tidak membuat kerja. Mereka berpikir bahwa jika seseorang membuat aktivitas
dengan suatu energi ia membuat suatu kerja, gagasan ini bertentangan dengan
prinsip fisika yang diterima. Beberapa siswa mengalami kesulitan untuk memahami
konsep kekekalan energi. Mereka mengalami dalam hidup mereka bahwa jika mereka
mengendarai mobil atau sepeda motor cukup lama, bensinnya akan habis. Jika
mereka bekerja giat, mereka akan lelah kehabisan tenaga. “Bagaimana mungkin
dapat dikatakan bahwa energinya tetap/kekal?" demikian mereka
menyangsikan. Beberapa siswa mengatakan bahwa jika
dua kereta dengan kecepatan yang sama tetapi arahnya berlawanan bertumbukan,
mereka akan berhenti karena kecepatan totalnya menjadi nol. Mereka lupa bahwa
kekekalan momentum membutuhkan resultan momentum (S mv) = 0. Maka jika massanya berbeda, mereka tidak
akan berhenti langsung
No comments:
Post a Comment